Hari ini, aku, Ayah dan Ibu
bergotong-royong membersihkan seluruh sudut rumah mulai dari teras
rumah, ruang tamu dan lain sebagainya. Tak ada sampah yang tersisa, tak
ada debu yang tersisa; itulah harapan kami hari ini.
Aku sangat bersemangat sekali hari ini
karena aku sudah tidak sabar ingin melihat rumahku bersih dari debu,
sampah dan kotoran. Aku pun mulai membantu kedua orang tua ku dengan
mengumpulkan sampah-sampah dedaunan yang berserakan di pekarangan
rumahku.
“Anak ibu pintar sekali sih, siapa yang
mengajari anak ibu yang satu ini ya?” sapa ibu seraya menghampiriku yang
sedang memungut sampah dedaunan satu persatu.
“Tentu Ibu dan Ayah dong yang ngajarin
Chika. Siapa lagi?” aku menyahut sapaan ibu dengan penuh senyuman. Ibu
memelukku erat, dan mengelus rambutku. “Yang bersih ya Chika sayang.
Nanti kalau sudah bersih semua, Ibu akan kasih Chika hadiah makanan. Ibu
bangga punya anak pintar seperti Chika!” “Hore!! Yeay! Asiikk!” ucapku
bergembira. Aku pun semakin bersemangat membersihkan rumah.
***
Seusai membersihkan dedaunan, kini aku
membantu Ibu menyapu teras rumah. “Debu, kotoran! Ayo minggir! Aku akan
membersihkanmu!” ucapku bersemangat sambil membawa sapu dan bertingkah
seperti seorang peri yang akan menyulap teras rumah ini menjadi bersih
seketika. “Wuss, wuss, wuss!” aku menyibakkan sapu ini dengan secepat
kilat. “Chika, menyapu terasnya pelan-pelan ya. Debunya terbang
kemana-mana tuh. Jadi kotor, kan?” tegur ayah kepadaku saat melihat
polahku yang ada-ada saja. “Iya, Ayah! Maafin Chika ya! Hehe.” Aku
langsung nyengir kuda dan mulai membersihkan halaman teras ini dengan
serius.
Sruuk...sruukk...! Aku tak henti
menggoyangkan gagang sapu ini ke kiri dan ke kanan. Sapu ijuk pun mulai
membersihkan teras ini..
“Sapu ajaib! Sapu pintar!” ujarku lagi melihat halaman ini sudah hampir bersih.
***
Saat aku masih membersihkan teras rumah,
tiba-tiba ibu menghampiriku lagi dengan membawa aneka makanan. “Chika,
kalau sudah bersih, Chika langsung cuci tangan ya. Kita makan
sama-sama!” “Siap, Bu,” ujarku dengan penuh semangat. Tak tahan aku
untuk segera menikmati makanan ibu yang super lezat itu.
***
Kini tibalah saatnya menikmati segala
hasil jerih payah kami membersihkan seluruh sudut rumah. Duduk di
pekarangan rumah yang bersih dan disajikan makanan yang lezat adalah
impian kami sejak kami membersihkan pekarangan rumah tadi.
“Ibu, Chika sudah lapar nih,” ucapku
seusai mencuci tangan di kamar mandi. Aku pun bersorak menghampiri ayah
dan ibu yang sudah duduk-duduk di pekarangan rumah yang indah dan
bersih. “Yeay, makan! Ayo kita makan,” ujarku tak sabaran. “Iya Chika,
anak ibu yang pintar. Ayo sini kita makan bersama,” ajak ibu kepadaku.
Aku pun kini duduk di pangkuan ibu dan
bersiap menyantap makanan yang lezat. Namun, belum aku menyantap makanan
yang lezat tiba-tiba ayah bertanya kepadaku. “Chika, bagaimana jika
rumah kita bersih dan rapih?” “Tentu saja merasa nyaman, Ayah,” jawabku
pada Ayah. “Betul, Chika. Kamu tahu, dalam hadits Nabi Muhammad SAW,
menjaga kebersihan itu adalah sebagian dari iman. Allah swt sangat
menyukai kebersihan. Oleh karena itu, ketika kamu menemukan sampah,
kotoran atau apapun di sekitarmu, kamu harus segera membersihkannya,”
nasihat ayah kepadaku. “Wah, ternyata begitu ya. Tentu saja, Ayah! Chika
pasti selalu menjaga kebersihan,” kataku pada ayah. Aku tersenyum lalu
bersiap untuk menyantap makanan di hadapanku. “Eittt, anak ibu dan ayah
yang pintar ini sudah membersihkan tangannya belum nih?” “Tentu sudah!
Pakai sabun juga kok! Hehe.” Aku menyantap makananku, diiringi tawa ayah
dan ibu yang tak tahan melihat tingkah lucuku. (dw)
Sumber : Cerpen Remaja, Muzakki.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 comments:
Post a Comment