Sudah seminggu ini Ari terbaring sakit. Tak ada satupun dari teman kelas yang menjenguknya.
Di sekolah, Vino, teman Ari berjalan
mendekat ke arah sekerumunan siswa. “Kita jenguk Ari, yuk!” ajak Vino
kepada teman kelas lainnya. “Enggak ah! Ngapain jenguk dia. Dia kan
sombong. Buat apa orang sombong di jenguk, biarin aja,” celoteh Ojan.
Vino segera memutar badan. Ia berjalan
lesu menelusuri jalanan sekolah yang sepi. Di hadapannya sudah berdiri
Irfan, teman satu kelas lainnya, “Irfan, jenguk Ari, yuk! Kasian udah
seminggu ini ga masuk,” ajak Vino lagi. “Ga mau! Aku sibuk! Ngapain
jenguk Ari?” jawab Irfan.
Lelaki kecil itu menghela napas,
kemudian ia masuk ke dalam kelas dan berjalan mendekat ke arah bangku
Rian, salah satu teman akrab Ari “Rian, jenguk Ari yuk! Pulang sekolah
ini ya,” ucap Vino bersemangat. “Ngapain dijenguk, tar juga masuk
sendiri,” kata Rian dengan santainya.
Setiap kali Ari mengajak teman-teman
lainnya, tak ada satu pun yang mau menjenguk Vino. Mungkin karena Ari
merupakan anak yang sombong dan jahil, sehingga tak ada satu pun yang
mau menjenguknya. Vino memang tidak begitu akrab dengan Ari, bahkan Ari
sering mengejek Vino, namun ia tidak pernah menyimpan dendam terhadap
Ari. Dan ia adalah satu-satunya teman yang peduli terhadap Ari. “Pengen
nengokin Ari yang sedang sakit. Tapi aku ga tau alamatnya di mana,”
gumam Vino dalam hati.
Sepulang sekolah ia segera meminta
alamat Ari kepada Ojan, Irfan dan Rian. Mereka segera memberikan alamat
rumah Ari kepada Vino. “Baik banget sih mau nengokin. Kita ingetin aja
nih. Ari itu anak orang kaya. Kalau kamu mau menjenguknya, kamu harus
membawakannya sesuatu,” ucap Ojan. “Bikin repot aja jengukin dia. Udah,
biarin aja, ga usah sok perhatian gitu,” tambah Irfan. Setelah puas
berkicau, mereka akhirnya memberikan alamat rumah Ari dan segera
bergegas meninggalkan Vino. Vino segera bergegas mencari alamat rumah
Ari.
“Assalamualaikum,” ucap Vino dengan
malu-malu, di hadapan sebuah rumah megah nan mewah. “Wa’alaikumsalam,”
jawab suara dari dalam rumah. Terlihat seorang ibu cantik dengan lembut
dan ramah. “Adek temennya Ari?” tanya perempuan itu. Vino mengangguk,
wanita itu segera mempersilakan Vino untuk masuk. Diantarnya anak itu
menuju kamar Ari.
“Ari, ada temenmu datang membesuk,” ucap
ibu itu. “Pasti Ojan, irfan dan Rian kan, bu?” jawab Ari senang.
“Bukan, Ri. Ini aku, Vino,” jawab Vino seraya masuk ke dalam kamar Ari.
Ari begitu kaget karena yang datang menjenguknya adalah Vino. Orang
yang sering ia hina selama ini justru mempedulikannya.
“Vino, makasih banyak kamu udah membesuk
aku. Maafin aku ya, aku sering jahat sama kamu, tapi kamu malah baik
gini sama aku. Ternyata mereka yang semula ku anggap sahabat, malah
tidak peduli sama aku,” ucap Ari sedih.
Vino tersenyum dan menghibur Ari.
Akhirnya, Ari pun menyadari arti dari persahabatan yang sesungguhnya.
Sahabat itu harus ada di saat suka dan duka. “Vino. Kamu mau kan jadi
sahabat sejatiku?” tanya Ari. Vino pun mengangguk setuju. Indahnya
persahabatan sejati. (Mar)
Sumber : Cerpen Remaja Muzakki
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 comments:
Post a Comment